Untuk memberi Anda pengalaman terbaik, situs ini menggunakan cookie. Tinjau Kebijakan Privasi kami dan Ketentuan Layanan untuk belajar lebih.
Mengerti!
Tiga Puan Berbincang adalah sebuah podcast yang direkam ketika kami (Rose, Amy, Cahya) sama-sama longgar. Topiknya random aja sih. Buat yang mau berpartisipasi bisa curhat ke cs.tigapuan@gmail.com Untuk berjejaring di media social bisa di Instagram: another.rose, amy.supadmi & cahya_akh
Dikumandangkan oleh dua pria yang akrab disebut Bang Gaber & Reza Subroto. Mengumandangkan sesuatu melalui sudut suara masing-masing. Tertanda, @banggaber @rezasubroto
Terima kasih selama ini sudah menemani dan mengapresiasi. Hal-hal yang sejatinya kecil, tapi jadi besar karena rasa yang dihadirkannya besar. Sampai jumpa segera. Tunggu kami kembali, ya.
Tidak bisa kita tenang, manakala semua praktik dan upaya kita hanya dilakukan saja tanpa tahu mengapa. Meditasi, jurnaling, dan lain-lain justru jauh dari itu, tapi prosesnya menajamkan kita. Sehingga tak pernah ada titik henti. Seumur hidup harus kita jalani.
Itulah integritas, dan itulah sebabnya kita tak boleh biarkan integritas naik-turun seiring situasi, melainkan menjaganya tetap, tak peduli bagaimanapun situasinya.
Masa depan memang menakutkan, sebab kita selalu membayangkan yang buruk-buruk berdasarkan suasana hati kita saat itu. Tapi kita lupa bahwa segala hal bisa berubah. Sebab kita tumbuh.
Hal-hal buruk ada fungsinya, selama kita tidak membawa serta kebencian pada mereka yang pernah menyakiti. Karena dari panjangnya pelajaran tentang luka, dendam bukan salah satunya.
Tidak selamanya mengunjungi masa lalu itu hal yang buruk, selama kita berangkat ke sana dengan misi untuk mengambil fragmen masa depan yang tertinggal.
Siapapun yang merasa cinta itu mudah, sudah pasti tidak pernah jatuh cinta. Atau setidaknya, belum cukup lama untuk melihat wajah cinta yang sesungguhnya.
Kata siapa? Mengapa bisa begitu yakin akan masa depan yang bukan milik kita? Lepaskan kebahagiaan yang harus lepas. Percaya, nanti akan datang bahagia baru yang mengalahkan puncak sebelumnya.
Kalau 'baik' itu subjektif, haruskah kita pilih-pilih agar terhindar dari kecewa karena respons negatif orang? Sebab baik untuk satu, belum tentu baik untuk lainnya, kan?
Kita begitu mudah menilai sesuatu, terlebih ketika hal itu di luar diri sendiri. Tapi kenyataannya, belum tentu demikian ketika harus kita yang menjalani.
Terkadang kita malu mengaku senang, mengaku syukur, sebab kita kira hal-hal itu terlampau 'biasa saja' untuk orang lain. Padahal, bukankah sebelum jadi 'biasa saja' semua hal pernah terasa 'baru' buat kita?
Cinta datang dengan konsekuensi. Apakah itu? Kenyataan bahwa suatu hari, ia akan usang. Bukan barang baru lagi. Dan ia sulit. Memintamu mengalah meski ia yang keras kepala.
Jangan jadikan duka alasan untuk berhenti hidup dan berhenti melakukan apa yang seharusnya kita lakukan. Sebab kau tahu, akhir adalah awal yang baru. Satu pintu tertutup, pintu lain sedang terbuka.
Sepertinya selalu ada masa di mana kita merasa hampa. Demotivasi tingkat dewa. Terjadinya tanpa alasan, ataukah justru segala hal buat kita lemah dan tak bersemangat. Episode ini adalah untuk kamu yang merasa begitu.
Jawabannya, tidak bisa. Sebab ada bagian jiwa yang akan selalu meronta-ronta sampai ia diisi oleh kehadiran cinta, yang datang dari relasi kita dengan manusia lain.
Sediakan ruang untuk ketidaktahuan. Terutama ketika hadapi kejadian ekstrem, entah itu bahagia atau duka. Tak selamanya demikian. Tak selamanya akan sama.
Kalau berhasil, jangan disimpan sendiri. Sadari, rayakan. Terkadang kita malu karena merasa pencapaian itu kecil, atau kita tak mau orang menganggap kita sombong. Bisa dimengerti, sih. Tapi intinya, jangan takut dan izinkan dirimu merasa bangga, tak peduli bagaimana cara keberhasilan itu kamu rayakan.…
Sudah seribu kali bicara rasa takut, tapi tetap saja kita tak akan pernah benar-benar bisa melewatinya. Kali ini, semoga bisa sekali lagi memberi peneguhan dan jadi teman yang menguatkan. Tidak apa-apa takut, asal tidak lari atau menyerahkan diri.
Tidak ada yang mengalahkan gelora dan api masa muda. Tapi di satu titik dalam hidupnya, manusia harus beranjak dewasa. Entah karena waktu, pengalaman, atau memang sudah ketetapan. Bukan berarti kemudian kita berhenti belajar. Sebaliknya, justru tak boleh berhenti.
Mungkin keberhasilan dan pencapaianku selama ini bukan karena kerja keras, melainkan karena beruntung saja. Wajar jika suatu waktu ia pergi dari kita. Orang bilang nanti akan datang lagi keberuntungan lainnya. Tapi masalahnya, seberapa beruntungnya, sih, kita yang cuma manusia biasa ini?
Sebelum bertanya lebih lanjut, ada baiknya hentikan rentetan pemikiran itu dengan tanyakan satu hal ini pada dirimu: memangnya apa, sih, yang seharusnya manusia capai dalam satu tahun hidupnya?
Jangan berkecil hati dan segan untuk bahagia, hanya karena sumber bahagiamu terkesan sepele buat orang lain. Episode ini adalah panggilan untuk kita merayakan segala hal kecil yang membuat kita bahagia. Pada mereka yang bersikap nyinyir, biarkan saja. Memangnya mereka tahu apa?
Sejatinya keduanya penting, tapi berbeda. Dalam bilik hati kita pun demikian, fungsi dan cara memperlakukannya berbeda. Berita baiknya, kamu tak harus memilih satu. Keduanya boleh ada, hanya tinggal pandai-pandai bagaimana kita melihatnya.
Salah satu episode paling relate untuk kita yang suka bertanya-tanya: kenapa harus aku? Kan, banyak orang lain yang lebih baik. Mudah-mudahan, jawabannya kamu tahu. Karena sudah kamu lakukan seumur hidupmu. Bagikan episode ini ke teman-temanmu, ya.
Sering kita berpikir bahwa kita juga bisa jadi seperti orang lain yang hidupnya mudah dan enak. Toh, tinggal menikmati saja. Padahal, kita tak tahu persoalan macam apa yang datang sebagai bagian dari tanggung jawab mereka. Sebab semakin tinggi pohon, kan, semakin kencang pula anginnya. Memangnya benar sudah siap?…
Orang bilang, hidup harus selalu bergerak maju. Sehingga pada satu titik, kita jadi anti dengan melihat ke belakang. Padahal, mengunjungi masa lalu itu perlu. Biar kita bisa memungut lagi pelajaran dan pengingat yang kemarin ketinggalan, sebagai bekal kita mempersiapkan masa depan.
Kalau sudah bicara pendapat dan nilai, seringkali yang berdiri paling depan adalah ego. Sehingga tanpa sadar, saat berjumpa perbedaan sekecil apapun, kita jadi memaksakan apa yang kita rasa benar. Demikian juga mungkin, orang lain terhadap kita. Episode ini adalah tentang itu.