Artwork

Konten disediakan oleh The Conversation. Semua konten podcast termasuk episode, grafik, dan deskripsi podcast diunggah dan disediakan langsung oleh The Conversation atau mitra platform podcast mereka. Jika Anda yakin seseorang menggunakan karya berhak cipta Anda tanpa izin, Anda dapat mengikuti proses yang diuraikan di sini https://id.player.fm/legal.
Player FM - Aplikasi Podcast
Offline dengan aplikasi Player FM !

Relasi politikus dan anak muda masih tahap simbolik

5:57
 
Bagikan
 

Manage episode 228475164 series 2163845
Konten disediakan oleh The Conversation. Semua konten podcast termasuk episode, grafik, dan deskripsi podcast diunggah dan disediakan langsung oleh The Conversation atau mitra platform podcast mereka. Jika Anda yakin seseorang menggunakan karya berhak cipta Anda tanpa izin, Anda dapat mengikuti proses yang diuraikan di sini https://id.player.fm/legal.
Pemilih pemula di Palembang memasukkan kartu suara di kotak pemilihan presiden 2014. Fatrin Budiman/Shutterstock

Jumlah pemilih milenial (usia 21-30 tahun) dalam pemilihan umum kali ini mencapai sekitar 42 juta pemilih. Bila ditambah usia 20 tahun, masih ada 17 juta pemilih lagi. Totalnya sekitar 40% dari total pemilih.

Dalam konteks pemilihan presiden, calon presiden (capres) petahana Joko Widodo dan penantangnya, Prabowo Subianto, membidik suara mereka untuk memenangkan pertarungan. Para politikus menggunakan berbagai cara untuk merayu pemilih muda waktu kampanye. Yang paling gampang, mereka meniru gaya anak muda–mulai dari pakai jaket jeans, sepatu sneakers, mengendarai motor custom, dan saling sapa menggunakan istilah “Bro dan Sis”.

Walau seolah menjanjikan, Titi Anggraini, Direktur Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), mengatakan relasi antara peserta pemilu dan pemilih muda masih dalam tahap simbolik. Maksudnya, peserta pemilu (capres dan calon legislatif) masih menempatkan pemilih muda sebagai obyek interaksi politik. Sampai sejauh ini, para peserta pemilu belum melibatkan anak muda dalam politik secara substantif.

Memang harus diakui mulai banyak anak muda menjadi juru bicara dan bagian tim pemenangan calon presiden. Namun, keterlibatan mereka dalam penyusunan gagasan, program, dan konsep bagi calon presiden, misalnya, belum menonjol.

Saat ini ada 559 caleg berusia 20-30 tahun dari sekitar 7900 caleg DPR. Paling banyak berasal dari Partai Solidaritas Indonesia, kemudian Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Kebangkitan Bangsa.

Namun, sistem pemilu 2019 yang menggabungkan pemilihan presiden dan pemilihan legislatif, membuat isu pemilihan legislatif terpinggirkan di tengah gegap gempita pemberitaan pemilihan presiden. Pemilih muda lebih banyak dihadapkan dengan pembelahan kontestasi pilpres ketimbang informasi yang cukup untuk mengenali para caleg di daerah pemilihan mereka.

Edisi ke-47 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ikhsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!

The Conversation
  continue reading

73 episode

Artwork
iconBagikan
 
Manage episode 228475164 series 2163845
Konten disediakan oleh The Conversation. Semua konten podcast termasuk episode, grafik, dan deskripsi podcast diunggah dan disediakan langsung oleh The Conversation atau mitra platform podcast mereka. Jika Anda yakin seseorang menggunakan karya berhak cipta Anda tanpa izin, Anda dapat mengikuti proses yang diuraikan di sini https://id.player.fm/legal.
Pemilih pemula di Palembang memasukkan kartu suara di kotak pemilihan presiden 2014. Fatrin Budiman/Shutterstock

Jumlah pemilih milenial (usia 21-30 tahun) dalam pemilihan umum kali ini mencapai sekitar 42 juta pemilih. Bila ditambah usia 20 tahun, masih ada 17 juta pemilih lagi. Totalnya sekitar 40% dari total pemilih.

Dalam konteks pemilihan presiden, calon presiden (capres) petahana Joko Widodo dan penantangnya, Prabowo Subianto, membidik suara mereka untuk memenangkan pertarungan. Para politikus menggunakan berbagai cara untuk merayu pemilih muda waktu kampanye. Yang paling gampang, mereka meniru gaya anak muda–mulai dari pakai jaket jeans, sepatu sneakers, mengendarai motor custom, dan saling sapa menggunakan istilah “Bro dan Sis”.

Walau seolah menjanjikan, Titi Anggraini, Direktur Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), mengatakan relasi antara peserta pemilu dan pemilih muda masih dalam tahap simbolik. Maksudnya, peserta pemilu (capres dan calon legislatif) masih menempatkan pemilih muda sebagai obyek interaksi politik. Sampai sejauh ini, para peserta pemilu belum melibatkan anak muda dalam politik secara substantif.

Memang harus diakui mulai banyak anak muda menjadi juru bicara dan bagian tim pemenangan calon presiden. Namun, keterlibatan mereka dalam penyusunan gagasan, program, dan konsep bagi calon presiden, misalnya, belum menonjol.

Saat ini ada 559 caleg berusia 20-30 tahun dari sekitar 7900 caleg DPR. Paling banyak berasal dari Partai Solidaritas Indonesia, kemudian Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Kebangkitan Bangsa.

Namun, sistem pemilu 2019 yang menggabungkan pemilihan presiden dan pemilihan legislatif, membuat isu pemilihan legislatif terpinggirkan di tengah gegap gempita pemberitaan pemilihan presiden. Pemilih muda lebih banyak dihadapkan dengan pembelahan kontestasi pilpres ketimbang informasi yang cukup untuk mengenali para caleg di daerah pemilihan mereka.

Edisi ke-47 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ikhsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!

The Conversation
  continue reading

73 episode

Semua episode

×
 
Loading …

Selamat datang di Player FM!

Player FM memindai web untuk mencari podcast berkualitas tinggi untuk Anda nikmati saat ini. Ini adalah aplikasi podcast terbaik dan bekerja untuk Android, iPhone, dan web. Daftar untuk menyinkronkan langganan di seluruh perangkat.

 

Panduan Referensi Cepat